Esoknya, pagi sekali nyonya
Guanwan pergi ke rumah Nyonya Dinata untuk menyampaikan kabar gembira itu. Nyonya Dinata terlonjak gembira dan memeluk
nyonya Gunawan dengan reflek. Kedua wanita tengah baya itu berpelukan sambil
meneteskan airmata. Mereka sama-sama terharu karena buah hati mereka akhirnya
akan menikah.
Tony Herlambang merasa heran
dengan tingkah polah kedua wanita yang di hormatinya itu. Dengan rasa ingin
tahu, dia mendekat, “ada kabar gembira apa, ma, tante? Kok sampai tertawa
sambil menangis?”
“Ini bukan tertawa sambil
menangis Ton, tapi kami merasa terharu dan bahagia. Karena anak kesayangan mama
satu-satunya akan segera menikah. Selamat ya nak..” Nyony Dinata memeluk dan
mencium pipi Tony.
Mendengar itu Tony terhenyak,
“selamat untuk apa ma?”
Nyonya Dinata menyahut, “Friska
bersedia menikah denganmu…”
Tony terkesiap, tak percaya
dengan apa yang di dengarnya, “benarkah ma?”
Nyonya Dinata mengangguk pasti,
“benar… kalau tidak percaya tanyakan pada tantemu ini. Eh.. mulai sekarang kau
harus memanggilnya mama. Karena tante Gunawan akan segera menjadi ibu mu
juga..”
Tony menatap nyonya Gunawan
dengan rasa ingin tahu, “benarkah tante?”
Nyonya Gunawan mengangguk,
“benar, nak Tony. Semalam, Friska menelpon tante dan memberitahu kalau dia
menerima lamaran mamamu…”
Tony terlihat takjub mendengar
kepastian itu.
“Apakah Friska belum
memberitahumu, nak?” tanya nyonya Dinata.
Tony menggeleng, “saya bertemu
dengannya semalam. Tapi dia tak mengatakan apapun. Kalau mama dan tante
mengizinkan, saya akan pergi menemuinya untuk menayakan kabar gembira ini
sekalian ke kantor..”
Nyonya Gunawan dan nyonya Dinata
mengangguk bersamaan. Tony mencium pipi mamanya dan mencium tangan Nyonya
Gunawan sebelum pergi. Melihat kesantunan Tony, nyonya Gunawan sangat gembira, karena sebentar lagi, pria santun
itu akan menjadi menantunya.
Tanpa membuang waktu lagi, Tony
segera mengeluarkan Porche metaliknya dan meluncur membelah keramaian lalu
lintas. Tujuan utamanya, tak lain dan tak bukan adalah kediaman Friska
Saraswati.***
Friska sudah duduk di belakang
kemudi dan sedang menunggu pintu gerbang terbuka sepenuhnya, ketika Porche
metalik Tony memasuki pintu gerbang dan berhenti tepat di depan CR-V nya.
Dengan wajah tegang, Tony keluar dari mobilnya dan membuka pintu kemudi CR-V.
Dengan kasar dia menarik Friska agar turun dari mobil.
Lalu dengan sekali sentak dia
mendorong Friska hinga terhimpit di antara badan mobil dan tubuh kekar Tony.
Tanpa permisi, Tony mengulum bibir Friska. Friska memberontak, tapi Tony
menekankan tubuhnya ke tubuh Friska. Friska tak berkutik. Dia hanya bisa
memejamkan mata dan menerima dengan pasrah perlakuan Tony. Awalnya ciuman itu
sangat kasar. Lalu perlahan melembut dan penuh perasaan. Entah apa yang
terjadi, tiba-tiba Tony menghentikan ciuman itu dan menarik tubuhnya menjauh.
Friska membuka matanya dan
menatap Tony yang sedang menatap tanah dengan punggung tangan menutupi
bibirnya. Friska menunggu tindakan Tony
selanjutnya.
Tony menatap Friska dengan
tatapan binggung, “aku tak tahu mengapa kau menerima perjodohan ini. Ku mohon,
pikirkan sekali lagi. Kau tidak akan bahagia jika menikah denganku, karena aku
mencintai perempuan lain…”
Lalu tanpa menunggu sahutan
Friska, Tony kembali ke mobilnya dan bergegas pergi. Friska menenangkan hatinya
yang berdebar-debar tak menentu. Reaksi
yang di tunjukan Tony benar-benar di luar dugaannya. Friska tahu kalau Tony
bakal menolak perjodohan itu, tapi dia sama sekali tak menyangkah kalau cara
penolakannya begitu dramatis.
Dan ciumannya itu….
Friska menyentuh bibirnya dengan
punggung jemari. Dia masih merasakan kehanggatan bibir Tony saat mengulum
bibirnya. Friska mengusap bibirnya
dengan wajah merona menahan malu. Itulah pertama kalinya dia di cium pria
setelah sekian lama. Atu tepatnya sejak Afrizal, pria terkasihnya pergi untuk
selamanya.
Friska masuk kemobilnya. Dia
mengamati wajahnya, terutama bibirnya dari cermin yang menggantung di kemudi.
Lipstiknya porak-poranda. Friska mengambil Lipstik dari dalam dompet
kosmetiknya dan memoles bibirnya lagi. Setelah cukup rapi seperti semula, Friska
menyimpan kembali lipstiknya dan bergegas menghidupkan mesin mobil yang sempat
mati dan keluar gerbang. Friska menunggu hingga pintu gerbang benar-benar
tertutup sebelum meluncur membelah jalan
raya.
NEXT